Biasanya, kalangan pekerja mengambil kursus setelah jam pulang kantor. Tenaga yang sudah hanya tinggal sisa-sisa itu membuat konsentrasi tak lagi prima dalam menerima pelajaran. Bolos dari kelas untuk segera beristirahat atau bersantai akhirnya menjadi godaan yang sering sulit ditolak.
“Teman-teman yang sudah berkeluarga juga mengeluh enggak enak meninggalkan istri karena pulangnya jadi kemalaman,” kata CEO PT Bahaso Intermedia Cakrawala, Tyovan Ari Widagdo.
CEO Bahaso.com Tyovan Ari Widagdo
Tyovan sendiri sempat kursus bahasa Inggris di sebuah lembaga kursus bahasa asing ternama di Jakarta. Dia terdorong untuk lancar menguasai bahasa asing, sebelum keberangkatannya pada ajang kompetisi inovasi teknologi di Stanford University pada 2013. (Baca: The Asian Prodigy van Wonosobo Punya Cerita)
Tetapi Ia mengaku tidak maksimal karena sering bolos. Padahal dana yang ia keluarkan sampai puluhan juta. Di situ ide membuat Bahaso.com, muncul di kepalanya; bagaimana memudahkan orang belajar bahasa asing dengan bantuan teknologi internet.
“Banyak permasalahan yang dihadapi orang yang ingin belajar. Dari pengalaman saya, saya berpikir bagaimana bikin sesuatu yang memudahkan mereka yang ingin belajar bahasa. Misalnya, sambil macet-macetan orang tetap bisa belajar dari smartphone, enggak harus pulang kemalaman,” kata mahasiswa Binus University ini.
Pada 2014, Tyovan fokus riset. Pada 5 Januari 2015, tim untuk membangun aplikasi Bahaso.com mulai berjalan. Namun, semangatnya membangun perusahaan startup itu sempat diuji dengan ajakan dari AirAsia untuk bergabung di markas besarnya di Kuala Lumpur. Ia ditawari posisi CEO di salah satu anak perusahaan AirAsia yang bergerak di bidang e-comerce. Peluang itu ia lewati. Ia mantap meneruskan proyek Bahasonya.
“Mimpi kami ingin orang Indonesia bisa maju, dengan menguasai bahasa asing minimal bahasa Inggris. Hal ini agar masyarakat Indonesia mampu bersaing di era globalisasi seperti saat ini. Kami meyakini jika masyarakat Indonesia menguasai Bahasa Inggris maka tingkat perekonomian mereka akan naik. Bayangkan kalau orang-orang di desa mampu memanfaatkan resource di internet yang saat ini sebagian besar masih berbahasa asing itu untuk tujuan ekonomi ataupun ilmu pengetahuan, hasilnya pasti dahsyat,” kata pria berusia 25 tahun ini.
“Ternyata jalannya memang dimudahkan. (Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia memberi dukungan, padahal kami perusahaan baru, proyek pun belum jadi. Tim baru 12 orang,” ucapnya.
Bahaso.com menggandeng UI untuk memberikan masukan-masukan mengenai konten pelajaran di aplikasinya. MoU antara dua pihak ditandatangani pada 11 Juli 2015. Bahaso.com sendiri sudah diluncurkan kepublik pada awal Agustus lalu.
Untuk saat ini, Bahaso.com bisa diakses baru dalam versi beta. Versi ini memang belum sempurna. Kontennya masih terus ditambah agar semakin lengkap. Sementara, saat ini aplikasi Bahaso.com untuk iOS dan Android masih dalam proses pengerjaan. Targetnya awal tahun depan, versi iOS sudah bisa diakses, begitu pun untuk versi androidnya.
“Yang ada sekarang baru 25 persen dari bentuk aslinya,” jelasTyovan.
Prinsipnya aplikasi Bahaso.com adalah media sosial, hanya bedanya dengan facebook dan sebagainya, aplikasi ini mengembangkan skema belajar bahasa asing. Dengan begitu Bahaso.com diharapkan dapat menjangkau pengguna internasional, tidak sebatas dari Indonesia.
Kenapa melalui teknologi internet? “Kalau tempat les cuma bisa menjangkau orang kota. Itu pun yang punya uang. Tapi kalau lewat teknologi orang desa pun bisa belajar. Mereka biasa main Facebook. HP Android sudah punya. Ketika pengajaran melalui android ke level situ, banyak yang akan terbantu karena aplikasi dirancang bisa gratis maupun berbayar,” jelasnya.
Bahaso.com menyusun tiga metode agar aplikasi belajar bahasa asing ini berjalan. Metode dasarnya adalah ‘learning by content’. Dengan metode ini, pengguna bisa mempelajari berbagai materi yang dikemas semenarik mungkin, seperti dengan permainan dan kuis. Aplikasi ini memang berusaha memberikan pengalaman asyik dalam proses belajar bahasa asing. Sebab itu, pilihan warna dan grafis juga didesain dengan warna yang fun. Seperti karakter panda imut yang menjadi maskotnya.
Metode kedua adalah ‘learning by community’. Belajar bahasa tentu tidak cukup dengan mendalami teori karena kefasihan berbahasa asing terbentuk melalui praktik yang intensif. Melalui metode ‘learning by community’, pengguna bisa berinteraksi dengan penggguna lain dengan platform yang disediakan Bahaso. Orang Indonesia yang sedang belajar bahasa Inggris, misalnya, bisa melakukan chatting, maupun video call dengan orang Amerika. Sebab ada fitur sosial media di aplikasi ini.
Metode kedua ini, tidak hanya terbatas pada orang yang ingin belajar bahasa Inggris. Bahaso menerapkan gamification untuk membuat orang mau menerima video call, atau membalas chatting dari pengguna lain yang melakukan permintaan.
“Ada skema yang membuat orang mau menerima permintaan itu dengan gamification. Contoh, aku orang Spanyol yang belajar bahasa Arab atau Mandarin, Anda menemukan saya karena saya native Spanyol. Kemudian saya dapat permintaan dari Anda untuk video call, untuk praktik bahasa Spanyol. Kalau saya terima permintaan (request) Anda maka saya dapat koin. Koin bisa dipakai membeli hal-hal lain seperti membeli stiker, konten, game, dll. Atau bisa pakai itu untuk mendapatkan konten premium dari Bahaso,” urai Tyovan.
“Ada store di mana ada fitur yang dijual menggunakan koin itu. Untuk membeli fitur itu, bisa dengan uang untuk beli koinnya, atau pakai uang virtual tersebut hasil gamification tadi,” imbuhnya.
Metode yang ketiga adalah ‘learning by teacher’. Fitur ini bisa didapatkan secara opsional. Selain praktik melalui metode media sosial, pengguna yang ingin belajar langsung dengan pengajar bahasa yang profesional pun bisa difasilitasi.
Metode ini, menurut Tyovan nyaris-nyaris sama dengan Gojek, yang sedang marak. Bahaso.com bisa mempertemukan murid dan guru. Harga persesinya ditentukan oleh guru yang masuk menjadi anggota di Bahaso.com.
“Nanti kami punya sistem untuk memverifikasi calon guru. Seperti Gojek, kan tidak semua pelamar bisa diterima. Buat mahasiswa yang biasa mengajar kursus bahasa secara privat, aplikasi ini bisa memberikan alternatif. Mereka tinggal meluangkan waktu untuk mengajar secara daring. Orang di Kalimantan misalnya, bisa terhubung dengan guru bahasa Inggris di Jakarta,” jelas Tyovan.” Jadi kalau Gojek merekrut para tukan gojek, Bahaso merekrut guru-guru bahasa.”
Setelah meluncur dalam versi beta pada Agustus lalu, Tyovan menargetkan aplikasinya ini bisa diluncurkan di iOS dan Android pada awal tahun depan. Saat ini Bahaso.com sudah menggaet tiga ribu pengguna. Kedepan, dia optimistis penggunanya terus tumbuh pesat. “Dalam dua tahun, Bahaso.com menargetkan dua juta pengguna,” ujarnya.